Sebuah Jeruk untuk Sejuta Kebahagiaan
Aku tahu karisma bukanlah hal yang
aku miliki, juga tidak fasih bicara apalagi mendoakan orang lain yang tak dikenal
latar belakangnya dengan jelas. Tetapi, yang terpenting daripada semua hal itu,
bahwa keinginanku adalah menjadi salah satu orang yang menjadi berkat bagi
orang lain. Dan sekarang tekadku dimulai dari pengalaman sederhana ku ini.
Bahagia. Kekayaan? Rumah yang
mewah? Mobil yang mewah? Makanan-makanan yang sedap? Kehormatan? Kepopuleran?
Segala yang kita inginkan terpenuhi? Apakah sperti itu yang dinamakan
“Kebahagiaan”? .
Hari ini aku dan sahabatku Mega,
membuat suatu keputusan untuk mengikuti outreach.
Outreach ini lebih dikenal dengan
‘bersahabat dengan siapa saja yang Tuhan mengutus kita dan tanpa memandang
siapa dia dan latar belakangnya dengan memberikan jeruk yang ada ditangan kami’. Sebenarnya, kami sebelumnya sudah mengikuti
kegiatan ini namun pada waktu saat itu, saya masih belum puas dengan apa yang
diperoleh. Kami (aku dan Mega) di tugaskan untuk melayani di suatu rumah sakit
yang ada di kota kami. Sebelumnya kami mengeluh, mengapa harus ditempatkan di
rumah sakit yang jorok, bau, banyak orang sakit yang tidak terjaga kebersihannya
dan ditambah lagi hujan keras sore ini. Dengan membawa senyuman kami berjalan
di sepanjang koridor berkotak-kotak putih itu. Orang pertama yang kami kunjungi
itu mungkin seperti orang yang biasa saja dengan pandangan yang kosong,
melewatinya tanpa memberi kesan mungkin sangat mengganggu pikiranku, jadi kami
berikan kepada dia sebuah jeruk dan artikel yang kami bawa. Orang kedua,
ketiga, ke-empat, ke-lima semuanya memberikan kesan yang berbeda-beda. Tak
terasa kaki kami sudah melangkah di lantai dua di rumah sakit yang lapang itu.
Langkah kaki ku mulai melambat dan berpaling kepada Mega karena keraguanku
melayani mereka, aku pikir teman kami yang lainnya sudah melayani lorong
panjang di lantai 2 itu, mereka (keluarga pasien) begitu sibuk dengan urusan
masing, terdengar riuh anak-anak, kepulan asap rokok dimana-mana,bangsal deretan
itu membawa angin-angin debu dan membawa peluh kesah mereka. Bagaimana lagi?
Luapan semangat kami tidak bisa tertahankan untuk memberikan hadiah kecil ini
kepada mereka.
Ketika kami beranjak turun,
partnerku berkata ia ingin memberikan simpati dan doa kepada salah satu pasien
disini, aku juga berpikir hal yang sama ketika melihat wanita tua yang duduk di
lantai yang dingin depan pintu bertuliskan ICU. Ternyata inilah saat yang
tepat! Saya menyapa wanita bermata kelabu itu dan Mega memberi sebuah artikel.
Kami mulai bersahabat dengan dia serta menaruh perhatian dan waktu untuk berdoa
baginya. Wanita itu bersaksi mengenai anaknya yang telah terbaring selama
kurang lebih sebulan, anaknya menderita infeksi di bagian otaknya dengan
speechless partnerku menunjukku untuk berdoa bagi wanita itu, yang mulutku
keluarkan bukanlah kata-kata yang indah namun setelah itu wanita tua itu
menunjukkan senyuman yang lebar kepada kami dengan ketulusan hatinya.
Kesimpulan dari pengalaman singkat
ini hanya “Ketika kita melayani orang lain ada 2 orang yang berbahagia yaitu
kita dan orang yang kita layani, dan diantara kedua orang yang paling
berbahagia adalah kita sendiri”. Jeruk melambangkan keasaman atau di analogikan
seperti rasa lelah, kesusahan, pergumulan. Jeruk bukan sesuatu yang bisa
dibandingkan dengan emas, namun ketika jeruk
itu kita berikan kepada orang lain atau segala perasaan lelah dan
pergumulan, kita bagikan kepada orang lain mungkin beban itu akan terasa ringan
dan bukan hanya itu, sejuta rasa kebahagiaan kita dapatkan dari orang yang kita
layani. Oleh karena itu marilah kita melayani dengan sukacita, melayani itu
bukan nanti tapi sekarang. Kalau bukan sekarang kapan lagi?
Jesica Suyanto, Penulis
Komentar
Posting Komentar