Menumbuhkan kecintaaan pada diri sendri




MENUMBUHKAN KECINTAAN PADA DIRI SENDIRI

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Melaksanakan Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD)



Disusun oleh:


Jesica Suyanto                       (NPM : 13315556)










UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016




KATA PENGANTAR



Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Menumbuhkan Kecintaan Pada Diri Sendiri ini dengan tepat pada waktunya.

Melalui kegiatan membuat makalah ini hendaknya dapat memotivasi mahasiswa untuk senantiasa mencari dan menemukan ide-ide yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah. Serta dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan aktifitas-aktifitas menulis lainnya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan isi dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, tetap kami harapkan demi kesempurnaan karya berikutnya

Semoga karya tulis ini kelak dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.




Depok, 6 April 2016



                                                                                 Penulis












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i            
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii           
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1           
A.    Latar Belakang .......................................................................... 1           
B.     Rumusan Masalah ..................................................................... 2           
C.     Tujuan Penulisan ....................................................................... 2           
D.    Manfaat Penulisan ..................................................................... 2           
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 4           
BAB III. PENUTUP ................................................................................... 16         
A.    Simpulan ................................................................................... 16         
B.     Saran ......................................................................................... 16         
DAFTAR PUSTAKA


 BAB. I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pernahkah Anda berpikir tidak puas dengan apa yang Anda capai saat ini? Atau Anda terpaksa harus melakukan sesuatu yang Anda tidak mungkin lakukan demi dipandang baik di masyarakat? Dalam mendapat pekerjaan, usaha atau apapun aspeknya dalam kehidupan ini sangat berkaitan erat dengan pendidikan karakter seseorang. Mirisnya tiap orang tanpa disadari memiliki gangguan mental yang mungkin mereka tidak sadari. Ambisi serta nafsu yang berlebihan menyebabkan seseorang frustasi karena tidak dapat mewujudkan keinginannya. Oleh karena itu mereka menyalahkan diri sendiri dan mengikuti apa yang dipandang baik orang lain tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Sungguh miris, krisis ini yang menimbulkan beberapa individu yang kurang berkualitas hingga tidak mampu melakukan kerja dengan baik. Pada saat ini penulis ingin mengutarakan beberapa seputar fakta dan tips untuk menjalani hidup yang baik yaitu menjadi diri sendiri menjaga eksistensi diri, membawa kepribadian yang dimiliki dalam berbaur dengan masyarakat luas tanpa rasa cemas dan minder. Menumbuhkan kecintaan pada diri sendiri merupakan hal terbesar juga untuk hidup bahagia dan umur panjang.
B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah Bagaimanakah menumbuhkan kecintaan pada diri sendiri?

C.   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui tentang perbedaan cinta diri dan menjadi diri sendiri serta mengatasi minder hingga dapat mencapai hidup maksimal yaitu dapat mencintai diri sendiri apapun keadaannya dalam masyarakat.
                                                                                              
D.   Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :   
a.       Menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang psikologi.
b.      Menjadi bahan masukan bagi pemerintah.
c.       Menjadi bahan masukan bagi masyarakat dalam membentuk anak-anak bangsa yang berakhlak baik
d.      Menjadi sumber referensi bagi Penulis dalam memperluas wawasan dan pengetahuan serta melatih diri untuk aktif dalam kegiatan menulis.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Seputar tentang kepribadian individu

Berbicara tentang diri/individu tidak luput dari ”kepribadian”. Kepribadian secara umum menjelaskan tentang sifat atau ciri khas seseorang yang mungkin tidak didapati pada diri orang lain, bisa juga berarti kecendrungan seseorang terhadap sesuatu. Dalam bahasa Inggris personality yang berasal dari bahasa Yunani-kuno prosopon atau persona yang artinya “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan sosial - kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.

Kepribadian seseorang terbagi lagi dari beberapa elemen pembentuknya, mungkin bisa di analogikan dengan kue. Kue yang kita ketahui mempunyai berbagai macam jenis dan rasanya semua itu tergantung komposisinya, kita harus menambahkan terigu, gula, ragi, telur sebagai bahan dasarnya dan kita juga dapat menambah perisa seperti cokelat untuk membedakan jenis kue tersebut dengan kue yang lain.

Dalam teori Sigmund Freud, elemen pendukung struktur kepribadian 
manusia adalah :

a. The Id (aspek biologis)
Id adalah sistem kepribadian yang asli dan dibawa sejak lahir. Dari Id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua
aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls dan drives. Id berada
dalam daerah unconscious dan beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan
(pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari
rasa sakit. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah dan tidak tahu moral.

b. The Ego (aspek psikologis)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita sehingga
ego beroperasi berdasarkan prinsip realita (reality principle). Ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga
memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan mencapai kesempurnaan dari Superego.

c. The Superego (aspek sosiologis)
The Superego atau Das Ueber Ich adalah aspek sosiologis dalam
kepribadian yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional dan cita-cita
masyarakat yang diajarkan dalam bentuk perintah atau larangan. The Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral dalam kepribadian.

Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan akhlak yang baik namun seiring berjalannya waktu sifat individu berubah-ubah. Ada yang perubahannya relatif konstan bahkan yang berubah secara drastis.          John Locke dengan teori tabula rasa, berpendapat bahwa anak sejak lahir masih seperti tabula rasa, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu pengaruh dari luarlah yang lebih kuat daripada pembawaan manusia. Melihat pertentangan tersebut, W. Stern mengajukan teorinya yang dikenal dengan teori perpaduan yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling memberikan pengaruh.

B.     Kecendrungan Indvidu dalam pengembangan diri dan memenuhi kebutuhannya

Setiap individu ingin lebih unggul daripada yang lainnya, itu hal yang normal dan baik bagi pengembangan diri karena sifat itu yang akan selalu memotivasi individu untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat sekitarnya. Adapun manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas, apalagi hidup di zaman modern yang memaksa untuk memiliki berbagai macam kebutuhan berbeda-beda agar tampak sama dimata dunia. Dengan melihat pada tingkat kebutuhan atau corak pemuasan kebutuhan pada diri individu, kita bisa melihat kualitas perkembangan kepribadian individu tersebut. Menurut Koswara, semakin individu itu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat, begitu pula sebaliknya.
Berikut adalah susunan kebutuhan manusia dimulai dari yang paling rendah.

a) Kebutuhan fisiologis
Adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kehidupan akan makanan, minuman, seks, istirahat (tidur), dan oksigen.
b) Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini akan nampak jelas, sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya.
c) Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang
Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya.
d) Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan, perhatian, prestise, respek, dan kedudukan (status).
e) Kebutuhan kognitif
Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti. Menurut Maslow, rasa ingin tahun ini merupakan ciri mental yang sehat.
f) Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetik merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias.
g) Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan puncak dari hirarki kebutahan manusia, yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Dan apabila itu tidak terpenuhi maka dia akan menjadi frustasi. Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan mengibaratkan dengan seseorang yang mempunyai bakat di bidang musik tetapi dia harus bekerja sebagai akuntan, maka dia akan mengalami kegagalan dalam memenuhi aktualisasi dirinya.
      Berangkat dari sifat dasar manusia terkait dengan kemauan bebas dan potensi untuk pengembangan diri, maka dalam proses pembentukan kepribadian manusia tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan mengembangkan kepribadiannya, mengingat manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik (Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2007: 142).

  1. Perbedaan narsis dana mencintai diri yang sesungguhnya

Salahkah seseorang mencintai diri sendiri? Pertanyaan ini membawa kita kepada dua pandangan yang sangat bertolak belakang. Mencintai diri sendiri kadang dianggap suatu perbuatan yang aneh dimasyarakat bahkan bisa disebuat gangguan mental. Gangguan mental ini secara medis digolongkan sebagai perilaku megalomania. Megalomania didefinisikan sebagai suatu kondisi mental di mana pasien memiliki delusi mengenai kebesaran diri berlebihan dan perasaan kebesaran atas dirinya sendiri (Medical dictionary, University of New Castle, England). Sigmund Freud berpendapat bahwa megalomania adalah bentuk narsisme atau perasaan mencintai diri sendiri secara berlebihan dalam diri manusia.  Penderita megalomania mempunyai kecenderungan untuk menilai dirinya secara berlebihan atau menilai diri di luar batas.

Narsis atau Narcisstic Personality Disorder memang tercantum dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM). Buku ini merupakan buku panduan yang digunakan psikolog atau praktisi di bidang psikologi untuk mendiagnosa gangguan mental seseorang. Di dalam buku yang diterbitkan American Psychology Association dan diakui di seluruh dunia ini, narsis memang dikategorikan sebagai gangguan kepribadian. Pengertian gangguan kepribadian narsistik yang tercantum dalam terbitan terbaru buku ini di tahun 2013 adalah:
a)      Gangguan fungsi kepribadian (baik diri dan hubungan interpersonal) dan ditandai dengan keberadaan sifat patologis dari kepribadian.
b)      Gangguan kepribadian narsistik dijelaskan lebih lanjut sebagai suatu penyimpangan dalam fungsi pribadi. Hal ini ditandai dengan beberapa ciri-ciri berikut:
c)      Referensi berlebih terhadap orang lain akan identitas diri.
d)      Penghargaan berlebihan terhadap diri sendiri.
e)      Penetapan tujuan hidup berdasarkan ekspektasi orang lain.
f)       Standar pribadi yang terlalu tinggi dengan tujuan untuk bisa melebihi orang lain.
g)      Kurang mampu untuk mengenali dan mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain.
h)      Hubungan yang dibangun dengan orang lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri sendiri.

Manusia dibutakan dengan pandangan orang lain terhadap dirinya. Pribadi narsistik cenderung mencintai dirinya sendiri secara berlebihan hanya untuk dipandang baik oleh orang lain. Margaret Paul mendefinisikan mencintai diri sendiri sebagai perilaku memahami nilai sebenarnya dalam diri, tentang apa yang sebenarnya ada di dalam diri, bukan menilai diri berdasarkan penampilan fisik atau performa diri. Mencintai diri sendiri adalah perihal menghargai diri sendiri, tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Terkadang kita beranggapan dengan mencintai diri sendiri akan membuat kita merasa aneh tetapi jika kita jalani dengan baik kita akan tahu beberapa orang akan menilai positif dengan perilaku kita yaitu jujur dengan diri sendiri apa adanya dengan demikian kita tidak harus memaksakan diri bahkan kita akan bebas berkarya. Hal yang berbeda dengan seorang narsistik adalah mencintai dan menghargai diri sendiri untuk kebahagiaan diri sendiri, bukan untuk memuaskan pandangan orang lain terhadap diri.

  1. Cara menumbuhkan kecintaan terhadap diri sendiri

Kurangi perilaku memberikan “hukuman” pada diri Anda sendiri dengan menilai semua kekurangan Anda secara berlebih lalu menghakimi diri Anda. Pahami bahwa kekurangan adalah bagian dari nilai diri yang Anda punya. Semua kekurangan akan didampingi dengan kelebihan. Beri perhatian yang sama dengan kelebihan diri Anda. Sadari, ada orang di luar sana yang mungkin menghargai kelebihan yang Anda miliki. Berawal dari mencintai diri sendiri dengan baik, membuat kita menjadi pribadi yang lebih rendah hati dalam menilai orang lain. Jika setiap orang mampu menghargai kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri dengan baik, ia akan mudah untuk menghargai  kekurangan dan kelebihan orang lain.

a)      Menerima diri
Menurut Anderson (dalam Hurlock, 1974), penerimaan diri ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang menjalani hidup. Seseorang yang mampu menerima dirinya secara jujur, baik di dalam (hati, pikiran, perasaan) maupun di luar (perilaku, penampilan), tidak takut memandang dirinya secara jujur karena ia tidak bisa lari dari diri sendiri, walau apapun yang ia lakukan. Menurut Hurlock (1974), penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya.

Menurut Suprakti (1995) membagi penerimaan terhadap diri menjadi 5 yaitu :
a.       Reflected Self Acceptance
Jika orang lain menyukai diri kita maka kita akan cenderung untuk menyukai diri kita juga.

b.      Basic Self Acceptance
Perasaan yakin bahwa dirinya tetap dicintai dan diakui oleh orang lain walaupun tidak mencapai patokan yang diciptakannya oleh orang lain terhadap dirinya.

c.       Conditional Self Acceptance
Penerimaan diri yang didasarkan pada seberapa baik seseorang memenuhi tuntutan dan harapan orang lain terhadap dirinya.

d.      Self Evaluation
Penelitian seseorang tentang seberapa positifnya berbagai atribut yang dimiliki orang lain yang sebaya dengan seseorang membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain yang sebaya dengannya.

e.       Real Idea Icomparison
Derajat kesesuaian antara pandangan seseorang mengenai diri yang sebenarnya dan diri yang diciptakan yang membentuk rasa berharga terhadap dirinya sendiri.

Proses penerimaan diri umumnya diterangkan melalui pengertian konsep diri. Menurut Wallis dalam Suliatiani (1992), konsep ini adalah pendangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya dan sebagai bekal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Melalui konsep diri akan membantu individu melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan akan membantu melakukan evaluasi diri. Evaluasi diri mengarah ke penerimaaan diri atau kemampuan untuk menghargai diri sendiri secara objektif.

Ciri-ciri yang menonjol pada individu yang menerima dirinya sendiri menurut Sheerer dalam Cronbach (1963) yaitu:

  1. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan
  2. Menganggap dirinya berharga sebagai manusia
  3. Tidak menganggap dirinya aneh/abnormal dan tidak mengharapkan orang lain menolak dirinya.
  4. Tidak malu dan hanya memperhatikan dirinya
  5. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya
  6. Dalam berperilaku mempergunakan norma dirinya
  7. Menerima pujian dan celaan secara objektif
  8. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimiliki ataupun mengingkari kenyataan.

b)      Memberi lebih banyak daripada menerima dan tetap menjadi baik apapun keadaannya
Bunda Teresa merupakan tokoh yang menginspirasikan banyak orang di dunia ini untuk dapat mengasihi sesama dengan tulus. Bunda Teresa mengatakan bahwa :

·         Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud tersembunyi di balik perbuatan baik yang   engkau lakukan itu. Tetapi tetaplah berbuat baik.
·         Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan teman-temanmu iri hati atau dengki.
·         Apabila engakau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.
·         Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun dapat dihancurkan oleh orang lain dalam satu malam saja. Tetapi janganlah berhenti  dan tetaplah membangun.
·         Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi tetaplah  berbahagia.
·         Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang, Tetapi teruslah berbuat baik.

c)      Percaya diri
Rasa percaya diri, yang merupakan kombinasi antara keyakinan akan kemampuan diri sendiri dan rasa menghargai diri sendiri, adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia. Keyakinan akan kemampuan diri sendiri atau keyakinan di dalam diri adalah perasaan seseorang bahwa ia mampu melakukan tugas-tugasnya atau mencapai tujuan dalam kehidupannya. Rasa menghargai diri sendiri sebenarnya mempunyai pengertian yang sama tetapi perasaan ini lebih berhubungan dengan keyakinan bahwa kita pada dasarnya memiliki kemampuan dalam hal apa pun yang kita lakukan dan kita layak merasa bahagia dalam menjalani hidup kita. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri biasanya akan menyukai dirinya sendiri, mau mengambil risiko untuk mencapai tujuan pribadi dan profesinya, dan selalu berpikir positif tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari.

d)      Bersyukur dan sadar
Ini berkaitan erat dengan spiritual seseorang. Semakin ia dekat hubungannya dengan kepercayaan/agama yang ia pegang, maka orang tersebut akan sesegera mungkin sadar dan mendapat pemulihan atau titik balik serta menyadari bahwa setiap manusia dilahirkan dengan maksud-maksud tertentu jadi tidak selalu menyalahkan diri. Manusia tidak sepenuhnya sempurna jadi jangan juga menjudge orang lain karena padangan yang berbeda. Seorang pepatah pernah mengatakan bahwa orang terkuat adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya sendiri, dalam arti dapat mengendalikan diri.

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Kepribadian merupakan ciri khasi seseorang yang dapat dilihat secara langsung melalui pembawaannya setiap hari. Pembentukan kepribadian terbentuk dari kombinasi antara lingkungan dan pembawaan seseorang. Setiap orang ingin mengembangkan dirinya dan potensinya, namun itu akan menjadi hal negative bila didorong dengan motivasi yang salah yaitu cinta diri. Namun hal ini tidak selamanya salah. Menumbuhkan kecintaan pada diri sendiri dimulai dari mengubah pola pikir seseorang. Melakukan yang terbaik dan tidak pernah puas akan apa yang dicapai adalah hal yang bagus tetapi jangan sampai motivasi itu di dorong oleh karena ingin dipandang oleh masyarakat, bila itu yang terjadi maka tujuannya salah dan lebih lagi akan merusak diri kita sendiri. Jadi, yang harus kita lakukan adalah menjadi diri sendiri dan menerima diri tidak peduli apa yang akan dikatakan orang lain. Beberapa yang harus dilakukan adalah menerima diri sendiri, bersikiap baik pada semua orang apapun keadaannya, percaya diri, bersyukur dan sadar bahwa sesungguhnya tanpa adanya hubungan spiritual dengan pencipta kita tidak akan pernah mendapatkan ketenangan yang kita ingin capai.

  1. Saran

1.   Bagi pemerintah, agar kiranya dapat lebih mengadakan kegiatan-kegiatan positif dalam rangka pengembangan tabiat anak agar mengarahkan manusia-manusia yang independen dan percaya diri serta memiliki karakter yang baik
2.   Bagi mahasiswa yang berkecimpung dibidang ilmu psikologi agar lebih banyak mengkaji tentang pengembangan karakter dan mengadakan sosialisasi-sosialisasi yang melibatkan anak-anak agar mendapat pendidikan karakter yang baik
3.   Bagi masyarakat, agar kiranya berpartisipasi dalam setiap kegiatan pengembangan sifat dan berani menyalurkan aspirasi baik dalam media gambar maupun tulisan.
4.   Bagi penulis lain yang ingin mengkaji dengan tema yang sama, agar kiranya mengembangkan dan mengarahkannya pada pemecahan masalah dan solusi.


DAFTAR PUSTAKA



A.Wibowo, Muhammad. 2009. Penerimaan Diri Pada Individu Yang Mengalami Prekognisi, (online), (http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10505131.pdf, diakses 7 April 2016)

http://digilib.uinsby.ac.id/951/5/Bab%202.pdf, diakses 7 April 2016

http://eprints.uny.ac.id/8548/3/BAB%202%20-%2008402241036.pdf, 7 April 2016

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195808161985031-AGUS_TAUFIQ/TEORI_KEPRIBADIAN_SIGMUND_FREUDx.pdf, 7 April 2016

http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26404/Materi+09+-+TeoriKepribadianCarlRogers.pdf, 7 April 2016

Zikrina Putri, Ayunda. 2016. Mencintai Diri Sendiri Tidak (Selalu) Menjadikan Anda Seorang Narsistik! , (online) , (http://pijarpsikologi.org/mencintai-diri-sendiri-tidak-selalu-menjadikan-anda-seorang-narsistik/, diakses 7 April 2016)

http://ulilhidayahalamatkendal51371.blogspot.co.id/2013/12/penerimaan-diri.html, diakses 7 April 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengoperasikan MS Access

Riset Operasi (Operation Research)

7 Makanan Khas Makassar yang Wajib dicoba